Jumat, 11 Juli 2014

something about dewi sri part II

Enam tahun sudahdari hari itu, kuhabiskan waktu maghrib di musholla kecil ini. Hanya untuk menungguterulangnya kejadian yang membuatku mempercayai kembali agamaku. Mustahil memang, namun entahmengapa keyakinanku untuk bertatap muka lagi dengan gadis itu sangat kuat. Ketegasannyauntuk membela agamanya masih tergambar jelas di otakku.
Tak jarang dalam doakutercantum namanya, berharap sang empunya hidup mempertemukan kami kembali. Sungguh,tiada yang tak mungkin bagi-Nya. Memberiku hidayah melalui seorang gadis, yang usianyajauh lebih muda dariku. Mengembalikan keimananku yang dulu pernah sirnadiakibatkan kekecewaan. Ya, dua puluh tahun silam, kala usiaku masih limatahun, sekelompok manusia memporak-porandakan rumahku dan membantai keluargaku.Aku yang


menyaksikan kejadian itudibalik pintu,hanya dapat menangis dalam diam. Tergambar jelas diotakku wajah orang-orang yangtelah membuat hidupku menjadi sebatang kara.
Sejak saat itu, dendammenjadi teman sejatiku mengecam ketidak adilan tuhan, aku merasa semua yangkeluargaku lakukan untuk tuhanku sia-sia.buktinya,tuhan diam saja kalakeluargaku dihancurkan? padahal terlalu banyak bukti bahwa keluargaku sangattaat dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Banyak orangyang menaruh simpati padaku atas apa yang telah terjadi. Namun, aku tak butuhbelas kasih dari siapapun. Toh, tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang saja tak mempedulikankebahagiaanku? merenggut orang-orang terkasihku melalui sekelompok manusia yangmengatasnamakan islam. Kebencianku membuncah mengutuk setiap orang yang mengaku beragama Islam.
                                                                           ***
“ mas, mas..bolehnumpang tanya? ”sebuah suara mengembalikanku kealam sadarku.
“ oh,iya..adayang bisa dibantu? ”refleks kumenatap wajah sipenanya.
“ dari tadisaya panggil, eh tapi masnya malah enak ngelamun.” katanya yang membuatku malu
“ iya,ada yangbisa saya bantu? ” tanyaku lagi sembari mencoba menghilangkan rasa malu.
“ panti asuhanAr-Rahim dimana ya? ”
“ ada keperluanapa? ” tanyaku balik
“ saya inginmenyumbangkan beberapa barang,mungkin bisa bermanfaat. ”pengutaraan yang santainamun tegas.
“ itu disebelahkanan musholla ini.”kataku menunjuk sebuah bangunan sederhana
“ oh,iya terimakasih. ”
                Kupandangi langkahnya yangsemakin menjauh. Aneh, sepertinya wajah yang tak asing bagiku. Kucoba untukmengingat siapa gerangan gadis itu? atau aku hanya mengalami de javu?ah,entahlah.
                                                                           ***

                Kini semua dugaanku benar. Diaadalah Fitri Maulidya seorang gadis yang sudah lama aku tunggu kedatangannya. Namunmengapa? bukan bahagia yang memenuhi ruang hatiku melainkan kekecewaan yangteramat sangat. Kemana jilbab yang dulu menutupi helaian rambutnya? mengaparambut indah itu kini di obral begitu murahnya. Setiap mata kini bisa menatapliar tubuh indahnya. Aku berusaha untuk tidak mempercayai terhadap apa yangterjadi, namun semua itu ternyata sia-sia. Penantianku terasa hambar, menghadapikenyataan di ujung mata yang tak sesuai dengan harapan.                  
                Sudah hampir satu bulan, Fitritinggal dipanti asuhan ini. Entah alasan apa yang digunakan sehingga ketuayayasan mengizinkannya tinggal disini. Kebencianku mulai tumbuh  seiring dengan waktu yang mempertemukan kitasemakin sering. Apa yang membuatku membencinya? mungkin karena perubahanpenampilannya, yang sangat kontras dengan apa yang kulihat pertama kali.
                Berulang kali kuminta ketuayayasan untuk menegurnya, atau meminjamkan beberapa helai baju muslimah untukdikenakannya selama berada di lingkungan panti. Karena menurut sudut pandangkuhal ini akan mempengaruhi cara pikir anak-anak dalam berbusana. Aku khawatir,mereka yang dididik untuk selalu menutup aurat, akan berubah pikiran danmengenakan busana sebagaimana Fitri kenakan.
                Situasi seperti ini telahberlangsung hampir sebulan lamanya. Dan aku benar-benar sudah tidak tahan untukselalu diam. Kuputuskan untuk menemui fitri seusai shalat isya’. Apapun yangakan terjadi nantinya aku tak perduli, dan aku sangat-sangat tak peduli jikayayasan ini tak lagi mendapatkan guyuran dana darinya. Karena itulah salah satualasan ketua yayasan sungkan untuk menegurnya.
                                                                               ***
“ eh mas Imran,dari tadi disitu?” tanyanya setelah tersadar bahwa ada orang lain.
“ nggak juga ”
“ ada perlusama saya atau hanya sekedar cari udara segar?”
“ em,dua-duanya”
“ silahkanduduk mas” katanya menunjuk tempat kosong disampingnya
Akupun duduk ditempat tak jauh darinya. Mencoba mengatur nafas mencarikata apa yang sekiranya pantas untuk melatar belakangi maksud kedatanganku.Kutunggu Fitri bertanya, namun hingga lima menit berlalu tak kudengar suaraFitri.
“ Fit “panggilku
“ iya”
“ enam tahunyang lalu saya bertemu dengan seorang gadis yang masih berstatus santri disalah satu pondok pesantren di Jombang, dia membuka kembali mata saya.” Sengajakugantung pembicaraanku
“membukakembali mata anda, maksudnya?” akhirnya Fitri merespon pembicaraanku
“ dulu sayabisa dibilang salah seorang yang tak percaya akan adanya tuhan”
“ atheis?”tanyanya hati-hati
“ iya”
“ lantas dimanagadis itu sekarang berada?” tanyanya yang mulai tertarik dengan pembicaraanku
“ di sampingsaya” jawabku spontan. Berharap dia akan menyadari bahwa kita dulu pernahbertemu. Namun sialnya, Fitri justru tertawa mendengar jawabanku.
“ mas Imranternyata bisa becanda juga ya”
Becandakatanya? Sudah dia lupakankah kejadian itu atau pura-pura lupa? Tanpa basa basilagi kuceritakan semua keajaiban dalam kehidupanku yang membuatku kembalimemeluk agamaku. Kini wajah Fitri berubah drastis, ketegangan tampak sangatjelas.
“ jika saya bukangadis yang anda maksudkan, bagaimana?” tanyanya datar
“ saya rasajuga begitu, awalnya saya juga beranggapan bahwa anda bukan Fitri Mauidya yangsaya tunggu selama enam tahun terakhir ini. Kalian sama tapi berbeda”
“ berbeda?”
“ gadis ituberjilbab, berpegang teguh ajaran agamanya. Tapi, mengapa sekarang gadis itumengumbar auratnya?”
“ saya bukangadis yang anda maksud. Lagian kewajiban utama dalam agama kita shalat,bukankah shalat merupakan tiang agama? sedangkan jilbab bisa dibilang kebutuhansekunder atau bahkan tersier!” nadanya meninggi
“ sepertinyaanda tipikal wanita yang sangat selektif bahkan dalam hukum agama anda sendiri.hukum yang anda suka akan anda laksanakan sedangkan yang tidak anda suka andaabaikan”
“ mas Imran,coba anda lihat betapa banyaknya wanita yang berjilbab namun sangat meremehkanshalat”
“ tidak semuawanita seperti itu” sanggahku
“ saya wanitamas, dan saya tahu apa yang dilakukan oleh kaum saya. Pakai jilbab sekaranghanya mengikuti “trend”, lagian saya bisa jaga diri kok”
“ anda janganberkata bahwa anda dapat menjaga diri. Sekian banyak orang yang berkatademikian, namun terjerumus. Tetapi baiklah kita menerima bahwa anda dapatmenjaga diri, namun siapa yang menjamin bahwa yang melihat anda dapat menjagadirinya seperti anda? Bukankah tabrakan dapat terjadi walaupun anda telahmengemudi dengan baik dan tidak bersalah?"
“ itu resikomereka, mengapa mereka tidak dapat menjaga pandangan mereka? Zaman sekarangsusah dapat kerja kalau pakai jilbab mas, wanita juga butuh kebebasan, bagisaya melakukan lima rukun islam dengan baik sudah lebih dari cukup, bukankahhal itu inti dari agama islam? Jadi tidak haruslah saya berpakaian serbatertutup”
“ penentuantentang aurat, sama sekali bukanlah untuk menurunkan derajat kaum wanita,bahkan justru sebaliknya. Upaya yang dilakukan oleh sementara pihak dewasa iniyang memamerkan wanita dalam berbagai gaya dan bentuk pada hakikatnya merupakanpenghinaan yang terbesar terhadap kaum wanita, sebab ketika itu, merekamenjadikan wanita sebagai sarana pembangkit dan pemuasan nafsu pria yang tidaksehat."
“ maaf, intidari pembicaraan anda apa?”
“ saya hanyakeberatan jika anda terus berada disini dengan penampilan seperti ini akanberpengaruh buruk terhadap pola pikir anak-anak yang ada disini dalam caraberbusana”
“ maksud andasaya…”
Belum selesai Fitri membela diri , aku pamit pergi dengan dalih malamsudah larut, namun alasan utamanya karena aku merasa darahku sudah sangatmendidih dan kepalaku ingin pecah. Karakternya sama dengan fitri yang aku temuienam tahun lalu. Sangat berpegang teguh terhadap apa yang dia percaya. Mengapaaku sangat sedih? padahal dia bukan siapa-siapaku.
                                                                                    ***
Jam sudah menunjukkan angka satu dini hari, kuputuskan untuk mendirikanempat raka’at shalat tasbih dan tiga raka’at shalat witir. Mencari ketenangan dengancara mengadukan kekecewaanku terhadap penciptaku dalam doa yang kupanjatkanseusai shalat.
“ kakak kenapanangis?”
Sebuah suarayang membuatku terkejut.
“ kakak sedihya, habis dimarahin mas Imran?”
Aku sangat mengenal pemilik suara ini. Laras, ya Laras, salah satupenghuni yayasan ini. Seorang gadis yang masih berumur delapan tahun namunsudah menghafal seluruh ayat Al- Qur’an dalam kurun waktu kurang dari duatahun. Alasan mengapa dia tinggal disini dikarenakan kedua orangtuanyameninggal dalam sebuah kecelakaan dan tak seorangpun dari keluarganya yangberkenan untuk merawatnya.
“ apa yangdikatakan mas Imran itu benar lho kak, boleh tanya sesuatu?”
Entah mengapaaku sangat tertarik untuk mendengarkan pembicaraan dua kaum hawa ini.Kudekatkan pendengaranku menyentuh tabir yang terbuat dari kain panjangberwarna biru.
“ umur kakakberapa?” lanjut laras
“ dua puluh”jawab Fitri sembari menahan isak tangisnya
“ kakak masihsangat muda dan cantik, dalam islam yang diperbolehkan tidak menutup auratadalah perempuan tua yang telah berhenti haidnya dan tidak lagi berhasrat untukmenikah. Hal itu terdapat dalam firman Allah dalam surat an-Nur ayat enam puluhyang artinya dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti, yang tidakberhasrat lagi menikah, maka tidaklah ada dosa atas mereka menanggalkan pakaianmereka dengan tidak menampakkan perhiasan; dan memelihara diri sungguh-sungguhdengan menjaga kesucian adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha mendengarlagi Maha Mengetahui.” Penjelasan Laras panjang lebar dan hingga kini akutak mendengar suara Fitri membantah. Melainkan suara isak tangis yang kianmemekakkan telinga.
“ selain itukak, Islam juga sangat menyayangi wanita. Memerintahkan wanita untuk menutup auratnyaguna melindungi wanita itu sendiri. Menutup aurat bukan berarti membatasiwanita dalam beraktifitas.” Penjelasan lanjutan Laras yang tak pedulidihiraukan atau tidak.
“ mana ayatal-Qur’an yang menjelaskan akan hal itu?” akhirnya suara Fitri keluarmempertanyakan referensi atas penjelasan yang diutarakan Laras.
“ banyak kak,salah satunya dalam surat al - Ahzab ayat lima puluh Sembilan. Sebentar ya,Laras ambilkan al-Qur’an terjemah dulu biar kakak bisa buktikan sendiri.”
Sejenak keheningan menyapa, mungkin Laras sedang mengambil al-Qur’an.Airmataku tak mampu lagi terbendung. Betapa bangganya aku terhadap gadis kecilini. Ternyata dia tak hanya menghafal al-Qur’an namun bisa menguraikan ma’nadan menjelaskan isi kandungan didalamnya dengan sangat tepat.
                                                                                   ***
Seminggu sudah berlalu dari malam itu, tak pernah sekalipun aku bertemulagi dengan Fitri. Satu sisi aku merasa bersalah namun disisi lain aku merasamemang harus melakukannya demi kemaslahatan di yayasan ini. Apa mungkin diasudah meninggalkan tempat ini,tapi kemana dia pergi? Ah, perasaan apa ini?Mengapa aku mengkhawatirkannya? Mengapa aku sangat takut kehilangannya?
Kuedarkan pandanganku menyapu taman mini yang dibangun yayasan untuktempat bermain anak-anak. Berbagai jenis permainan yang dapat digunakanbersama-sama sehingga mereka tak akan merasa bahwa mereka seorang diri di duniaini.
Pandanganku terhenti pada sosok gadis berjilbab yang melangkah anggunkearahku. Deg! Gadis itu Fitri. Subhanallah, dia telah memutuskan untukberhijab kembali. Terbata aku menjawab salam yang dilontarkannya. Aku tak mampuberkata-kata bahkan aku hanya mampu mengangguk ketika dia meminta izin untukduduk di tempat yang tak jauh dariku.
“ saya mau pamit,mas. Saya harus pergi. Maaf atas apa yang telah saya lakukan selama ini, terimakasih atas semuanya.”
Dan aku masih dalam diamku. Bibirku terasa kelu untuk mengeluarkankata-kata, hanya telingaku yang mampu mendengar penuturannya bahwa sebenarnyadia bukan Fitri, namanya adalah Nuri Maulidya, panti asuhan ini sudah menjaditempat yang kesekian dia datangi           untukmencari saudara kembarnya yang tak lain adalah Fitri Maulidya. Keluargasatu-satunya yang terpisah darinya karena diadopsi oleh keluarga yang berbeda.Mereka dulu tinggal disebuah panti asuhan di daerah Tangerang. Setelah sebuahgempa bumi meluluhlantahkan rumah mereka dikawasan Jakarta Pusat.
“ kenapa pakainama Fitri?” tanyaku akhirnya
“ sengaja.Berharap ada orang yang mengenalnya dan membuka jalan untuk mempertemukan sayadengannya”
“ memangnyasekarang mau cari kemana lagi?”
“ entahlah.Namun saya bangga mas, setelah mendengar bahwa Allah telah membuka mata hatiseorang pemuda melaluinya. Dan melalui pemuda itu kini Allah telah membuka matahati saya untuk berhijab, terima kasih. Dikuatkan lagi oleh argumen bidadarikecil yang seminggu lalu tak sengaja mendengar perdebatan antara saya denganpemuda itu”
Kupandangi wajah cantik itu yang kini tertunduk menahan embun diujungmatanya. Perasaan dalam hatiku kian nyata. Dan kini aku benar-benar yakin atasapa yang kupilih.
“ Nuri, sebelumkau pergi. Bisakah kau menjawab satu pertanyaanku?”
“ apa?”jawabnya datar
“bersediakahkau menemaniku mengarungi kehidupan dan menjadi ibu dari anak-anakku kelak?”tanyaku tanpa basa-basi. Tertangkap diujung mataku wajah terkejut gadis ini.
“ tapi…”
“ aku hanyabutuh jawaban iya atau tidak” sanggahku tak membiarkan Fitri menyelesaikanucapannya.
“ iya, dengansatu syarat ” kini mata kami beradu
“ apa? ”
“ setelah kaumenjadi suamiku, tolong bimbinglah aku dengan penuh kesabaran untuk menjadimuslimah seutuhnya.” Kepalaku mengangguk sebagai tanda setuju atas persyaratanyang diajukannya.
Matahari tersenyum renyah menjadi saksi atas kebahagiaan yang memenuhijiwaku. Terima kasihku tertuju pada pelukis alam yang telah mengabulkan doaku.Dari hari ini akan kuukir hariku bersama seorang gadis yang telah ditentukanoleh tuhanku. Berharap melalui rahimnya akan lahir mujahid-mujahid kecilku yangakan berpegang teguh membela agama-Nya.Amin
                                                                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar